if you think you can you can


Reynata Putri, atau yang biasa di sapa Rey adalah gadis manis bermata sipit, berkulit putih, dan tomboy. Rey adalah anak semata wayang dari keluarga yang cukup berada dan terpandang di kotanya. Ibu Rey, Yustina, dan sering dipanggil mama Rey oleh para tetangga dan kerabat dekatnya, adalah ibu rumah tangga, yang berwajah lembut, dan juga cantik dengan kesederhanaannya, sedangkan Ayah Rey, Pak Adinata adalah pengusaha restaurant yang sangat sukses, yang memiliki badan tinggi atletis berkulit bersih dan berkumis tipis dengan wajah yang bijaksana. Rey sangat bahagia memiliki ke dua orang tua seperti Ayah, dan Ibunya. Sejak kecil, Rey sudah pandai bernyanyi. Gadis itu mengikuti les vokal di sekolahnya. Bahkan, beberapa juara menyanyi telah di sabetnya. Tentu saja, orang tua Rey sangat bangga dengan prestasinya.
* * * *

“ Rey, bangun. Nanti kamu telat sekolah lho!” Mama Rey sudah berdiri di samping ranjang. Rey menyipitkan mata, kemudian dengan langkah gontai menuju kamar mandi. Setelah siap, Rey bergegas sarapan. Di meja makan, kedua orang tua Rey sudah menunggu. Mereka bertiga kemudian makan dengan lahap sambil sesekali bercanda.
“ Ayo Rey, kita berangkat!” Papa Rey sudah siap dengan tasnya.
“ Iya Pa”. Jawab Rey sambil berpamitan kepada mamanya.
“ Rey berangkat dulu ya Ma”.
“ Hati – hati ya nak!” kata mama Rey sambil melambaikan tangan. Mobil Mercy berwarna silver metalik melaju perlahan menyusuri jalanan yang sejuk di pagi hari dan belum terkena macet. Untuk menuju SMA Citra Bangsa, biasanya membutuhkan waktu 15 menit. Mobil Rey sudah berhenti di depan pintu gerbang sekolah. Rey mencium tangan Papanya, dan kemudian menutup pintu mobil. Dengan cepat Rey menyusuri koriodor sekolah, dan menuju kelasnya. Di kelas, Indra, sahabat Rey sudah menunggu. . Indra adalah cowok tinggi tegap berkulit putih, jago main basket dan lumayan keren, ayahnya adalah pemilik café, dan restaurant ternama di daerah Bogor. Sudah dari kecil Rey dan Indra bersahabat. Maka setiap kali berjumpa mereka selalu kompak dengan segala kekonyolannya. Seperti hari ini, Indra langsung menarik rambut Rey.
“Rey, besuk gue yang keren bin ganteng ini, akan tanding basket di sekolah. Lu nonton ya? Jangan lupa doain biar menang!” Indra cengar – cengir jahil.
“Huuu……. Dasar cowok narsis, oke gue nonton loe tapi bakso dulu !jawab Rey. Mereka berdua pun berjabat tangan persahabatan ala Rey dan Indra.
* * * *
Ya, begitulah kehidupan Rey. Saat di sekolah Rey biasa bercanda, dan belajar bersama sahabat, dan para guru. Sedangkan ketika di rumah, Rey kenyang dengan kasih sayang dari orangtuanya, dan materi yang berlimpah. Rey sangat bahagia dengan kehidupannya. Tapi, takdir di tangan Tuhan. Dan …. siapa menyangka kehidupan Rey bisa berbalik 180 derajat.
* * * *
Kejadian itu bermula dari …….
Siang itu Rey ada les vokal di sekolah. Maka, Ia pulang ke rumah di sore hari. Tapi di tengah les, hp Rey berderit. 1 pesan diterima dari mamanya:
Rey, papa sakit. Cepat datang ke RS. Bhakti Husada Tama. Mama tunggu!
Setelah membaca pesan dari mama, perasaan Rey tak enak. Rey meminta izin kepada guru vokalnya, kemudian dengan langkah cepat Rey berjalan di jalan Raya dan menaiki taxi menuju rumah sakit. 20 menit kemudian, Rey sudah tiba di rumah sakit. Dengan tergesa – gesa, Rey menyusuri koriodor dan mencari-cari sosok mamanya di antara wajah – wajah pucat orang menahan sakit, dan di antar bau obat yang membuat Rey mual.
“ Reynata!” seseorang memanggilnya dari belakang. Yupz, itu suara mama Rey. Gadis itu menoleh, dan setengah berlari menuju ke tempat mamanya. Di pojok ruang yang sepi.
“Papa sakit apa Ma?”
“Mama juga belum tahu, dokter masih melakukan pemeriksaan di dalam. Semoga tidak terjadi apa – apa” Kata mama Rey sambil terus berdoa. Beberapa saat kemudian, dokter keluar dan memanggil mama Rey untuk berbicara berdua. Dengan tidak sabar Rey menunggu di kursi. Kemudian mamanya memanggilnya.
“Papa sakit apa?” pertanyaan yang sama kembali di ajukan Rey.
“Reynata, papa sakit gagal ginjal dan harus cuci darah minimal 2 minggu sekali. Padahal, sekali cuci darah biayanya mahal” mama Rey terlihat pasrah. Rey dibikin pusing. Biaya pengobatan mahal, padahal mama Rey tidak memiliki pekerjaan, sedangkan Rey masih sekolah. Uang untuk cuci darah sekarang ini masih terbilang cukup. Tapi, jika Ayahnya masih sakit, dan tidak bisa masuk kerja sedangkan uangnya terus di gunakan untuk cuci darah, bagaimana cukup? Oh Tuhan, inikah cobaanMu?
* * * *
Mimpi buruk itu sekarang menjadi kenyataan. Sudah 6 bulan ini, papa Rey mendrita sakit. Dan uang yang dulu melimpah sedikit demi sedikit kini mulai menipis. Mobil dan perhiasan juga sudah di jual. Untuk menyambung hidup, Mama Rey bekerja serabutan. Mama Rey bekerja di pagi hari dan biasa pulang jam 6 sore. Sebenarnya Rey sangat kasihan melihat mamanya, tapi Rey bingung harus bekerja apa.
Tok, tok, tok! Rey mengetuk pintu kamar papanya. Rey masuk dengan semangkuk bubur di mangkuknya. Rey duduk di samping ranjang papanya. Papa Rey tampak kurus, dan terlihat lebih tua daripada biasanya.
“Gimana Pa, udah baikan?”
“Udah Rey” jawab papa Rey pelan. Rey tidak tega melihat papanya. Dalam hati, Rey tidak tega melihat keadaan papanya, dan Rey berniat melai mencari pekerjaan. Besok dia akan mulai mencari pekerjaan.
“ Rey, maafin papa ya, gara - gara Papa, kamu dan Mama jadi menderita” perkataan Papa Rey membuyarkan lamunan Rey.
“Papa nggak usah minta maaf, ini sudah takdir tuhan” Rey memeluk papanya, dan kemudian keluar kamar. Ternyata, Mama Rey sudah pulang.
“Ma, sudah pulang? Pasti capek ya?”
“Iya Rey, mama mau istirahat dulu ya?” kata mama Rey sambil berlalu.
“Mama, besuk Rey akan cari kerja biar mama nggak kecapekan” Rey berkata di dalam hatinya
* * * *
Pagi ini, saat Rey akan berangkat sekolah, Rey melihat secarik kertas di meja belajarnya. Dengan ragu Rey membaca isinya
‘ Rey, maafkan mama. Mama harus pergi. Mama sudah tidak kuat lagi’
Rey kaget setengah mati. Dengan panik, Rey berlari ke kamar orangtuanya. Papa Rey masih terbaring. Rey membuka lemari pakaian mamanya, tapi tak ada satu potong pakaian pun di lemari tersebut. Rey menangis sesenggukan
“Mengapa mama pergi? Mengapa mama ninggalin Rey sama papa?” Rey berkata dalam hati.
“Kamu menangis? Kenapa Rey?” tanya Papa Rey sambil mengusao air mata di pipi Rey. Rey hanya menggeleng, dan sejurus kemudian papa Rey melihat secarik kertas yang berada di genggaman Rey dan kemudian membacanya. Tak ada satu patah katapun yang keluar dari mulut papa Rey setelah membaca pesan tersebut, beliau hanya menerawang ke atas.
“Pa, Reynata akan gantiin posisi mama. Rey akan cari kerja, dan Rey kan beli obat buat papa” Rey berkata dengan optimis.
“Terimakasih Nak!” papa Rey mengelus lembut rambut putrinya. Kemudian Rey keluar kamar, dan bersiap – siap untuk bersekolah dengan naik angktan umum. Ketika di sekolah, Rey bingung harus kerja apa, bingung sekali.
“Lu kenapa Rey? Sakit? Kok kayak ayam garing gitu?” Tanya Indra saat istirahat.
“ Gak papa kok In”
“Lu gak usah bohong, lagi ada masalah ya? Cerita aja ke gue, siapa tau gue bisa bantu loe”. Jawab Indra meyakinkan.
Perlahan – lahan Rey mengungkapkan segala masalah yabg sedang di hadapinya. Masaalaah yang paling besar menimpa kehidupannya. Seyelah Rey selesai berkeluh kesah, suasana menjadi hening. Indra sedang serius berfikir untuk membantu sobatnya tersebut. Beberapa saat mereka sibuk dengan pikiran masing – masing.
“Rey, gue punya ide!!” Indra menepuk bahu Rey, dan membuat cewek tomboy itu kaget setengah mati.
“ngagetin aja deh, ide apaan?” tanya Rey penasaran.
“ Lu kerja di cafenya bokap gue aja! Gimana?”
“ Wah, ide bagus tuh. Tumben otak lu waras. Biasanya miring!” Canda Rey. Indra hanya manyun, tapi bahagia melihat senyum Rey yang dari tadi hilang.
* * * *
Setelah di bicarakan dengan Bokapnya Indra, Rey mulai bekerja. Gadis itu bekerja sebagai kasir. Tentu saja Rey sangat senang. Selesai dari café Indra, Rey pulang ke rumah, dan masuk ke kamar papanya.
“Pa, sekarang nggak usah khawatir. Rey udah dapat kerja di café ayahnya Indra!” kata Rey dengan semangat.
“Seharusnya kamu nggak usah maksain buat kerja Rey, papa nggak beli obat, dan nggak cuci darah juga nggak papa”
“Nggak, pokoknya pengobatan papa yang paling utama” jawab Rey.
“Ya, Kalau itu memang keinginan kamu. Papa sangat bahagia memiliki anak seperti kamu”. Papa Rey menatap putrinya penuh kasih sayang.
Begitulah kehidupan Rey setiap hari. Selalu penuh haru, dan cinta dari papanya. Walaupun sudah tidak ada mama, Rey masih bersyukur memiliki papa. Dan Rey tidak ingin kehilangan orang yang di sayanginya untuk kedua kali.
Setiap hari dari Jam 3 sore sampai jam 8 malam, Rey berada di café papanya Indra. Rey beruntung memiliki sahabat sebaik Indra.
* * * *
Pagi ini, di mading sekolah banyak siswa berkerumun. Rey penasaran dan ingin melihatnya. Baru maju satu langkah Indra sudah menarik lengan Rey dengan nafas terengah – engah.
“ Lu kenapa In?” tanya Rey bingung.
“ Dari tadi gue nyariin Lu. Di mading sekolah ada informasi kontes menyanyi. Kalau lolos dan karantina, Bapak kepala sekolah sudah ngizinin kok. Formulirnya banyak di majalah – majalah. Lu ikut aja Rey!” kata Indra bersemangat.
Rey mengangguk dengan mantap. Dan Rey berharapa bisa lolos karena nanti jika Rey lolos, Rey bisa membantu ekonomi keluarganya. Walaupun sudah bekerja di cafeny Indra, tapi tetap saja biaya untuk hidup sehari – hari, sekolah, dan berobat papanya masih kurang. Rey tidak mau terus – terusan merepotkan Indra. Sahabatnya itu sudah banyak membantunya.
Sepulang sekolah, Rey mengetuk pintu kamar papanya dan kemudian masuk.
“Sudah pulang Rey? Ada apa?” tanya papa Rey.
“ Pa, Rey ingin mengikuti audisi menyanyi. Papa mengijinkan Rey?” Kata Rey singkat.
“Kamu yakin?” papa Rey agak ragu.
“ Biarlah Rey mengambil peluang kecil ini, walaupun banyak rintangan di depan sana yang harus Rey hadapi.”
Akhirnya papa Rey mengangguk. Beliau mendukung keputusan putrinya tersebut. Rey tersenyum dan kemudian beranjak pergi ke kamarnya. Audisi itu akan di gelar I bulan lagi. Rey harus mempersipkan semuanya sendiri. Karena rey sudah tidak mengikuti les vokal.
‘Tuhan, Rey melakukan ini untuk papa, maka loloskanlah Rey. Amin’ Rey berdoa dalam hati.
* * * *
Hari ini audisi itu di gelar. Tepat pada hari minggu. Selama seleksi, ayah Rey di titipkan kepada tante Sonya, adik Papa Rey. Rey sudah menunggu gilirannya cukup lama. Dan akhirnya giliran Rey tiba. Dengan gugup Rey masuk ruangan. Setelah selesai menyanyikan beberapa bait lagu, Rey keluar. Tiba – tiba hpnya berdering. Indra menelpon.
“ Gimana Rey? Lu lolos nggak?”
“ Gue juga belum tau. 80% gue yakin bisa lolos, dan sisianya gue serahin ke Tuhan” jawab Rey mantap.
“ O gitu, ya udah gue doain” Jawab Indra. Setelah menerima telpon, Rey menunggu hasilnya. Beberapa jam kemudian, dinyatakan bahwa “Reynata lolos, masuk ke 24 besar” betapa bahagianya hati Rey, dengan hati berbunga – bunga, Rey pulang ke rumah. Dan memberitahukan kepada Papanya bahwa dirinya lolos. Dan masih ada satu lagi babak seleksi, untuk 12 besar. Rey juga mengirim pesan singkat ke ponsel Indra. Seleksi kedua di laksanakan 1 minggu lagi. Rey terus berdoa semoga dirinya bisa lolos.
* * * *
Dan hari ini, audisi itu dilaksanakan. Rey pergi ke kamar Papanya untuk berpamitan
“ Pa, Rey berangkat dulu ya? Doain Rey biar lolos!” pamit Rey
“ Pasti Papa doain, Nak!” jawab papa Rey. Kemudian Rey berangkat. Seleksi itu berjalan seperti sebelumnya. Bedanya, kali ini Rey lebih gugup. Setelah menyanyi, Rey kembali menunggu hasil dengan terus berdoa.
“ Reynata, anda lolos!” pernyataan yang singkat, namun membuat Rey sangat bahagia. Dengan tidak sabar Rey kembali ke Rumah. Tapi, saat Rey memasuki kamar papanya, Rey tidak menemukan beliau. Rey panik dan kemudian mencari di deluruh sudut rumahnya. Akhirnya ada tetangga Rey yang mengatakan bahwa tadi papa Rey pingsan dan di bawa ke rumah sakit Bhakti Husada Tama. Rey langsung menuju Rumah sakit. Ayahnya sedang terbaring lemah di ruangan putih. Dan menurut dokter penyakit Ayah Rey tambah parah karena tidak rutin melakukan cuci darah.. Rey tertunduk lesu. Untuk bebetapa hari ini, Ayah Rey harus di opname. Dan lagi – lagi Indra membantu administrasi pembayaran.Sementara ini, Rey tidak berangkat sekolah untuk menunggui Ayahnya. Setiap malam Rey selalu berdoa, agar ayahnya di beri kesembuhan.
Tapi takdir berkata lain, pagi ini Rey terbangun oleh dinginnya kota bandung. Ketika Rey melihat Ayahnya tidak terbangun Rey segera memanggil dokter. Dan dengan berat hati dokter mengatakan bahwa nyawa Ayah Rey tidak bisa di selamatkan. Rey menangis sejadi – jadinya.
“Papa………., kenapa papa ninggalin Rey? Padahal Rey udah lolos masuik 12 besar. Dulu papa janji akan selalu nemenin Rey! Papa….!!” Indra yang sudah berada di rumah sakit berusaha menenangkan Rey.
Hari itu juga, Ayah Rey di makamkan. Duka Rey makin dalam saat dia sedang membutuhkan seorang mama tapi mamanya tak ada di sampingnya.
“ Mama kemana? Kenapa mama nggak ada di samping Rey saat Rey lagi butuh mama?’ tanya Rey dalam hati. Rey menghembuskan nafas kuat – kuat dan beusaha untuk tabah. ‘
* * * *
Disinilah sekarang Reynata berdiri. Di atas panggung yang mewah dan diiringi tepukan meriah penonton. Setelah melewati perjuangan sekian lama, akhirnya Rey masuk di final. Dan malam ini adalah saat pengumuman pemenang. Dengan hati berdebar Rey berdiri di tengah panggung. Rey terus memberikan senyum termanisnya.
“ Reynata Putri, selamat anda menjadi pemenangnya!” Air mata Rey tak terbendung karena sangat bahagia. Piala pun sudah ada di genggaman Rey. Sebagai hadiahnya, Rey akan rekaman.
Saat rekaman, Rey menyanyikan lagu terbaik bagimu milik ada band. Dengan sepenuh hati, Rey menyanyikan lagu itu untuk almarhum ayahnya.
‘Tuhan tolonglah…
sampaikan sejuta sayangku untuknya,
Ku trus berjanji,
Takkan khianati pintanya
Ayah dengarlah….
Betapa sesungguhnya ku mencintaimu,
Kan ku buktikan ku mampu
Penuhi maumu
Setelah di luncurkan, ternyata album Rey cukup laris. Tapi, satu sudut di hati Rey sedih, mengapa di saat dia sukses orangtuanya tak ada di sampingnya? Di cover album, Rey menuliskan:
‘Beberapa tahun yang lalu, ada seorang gadis kecil yang hidup berdua bersama Papanya di tengah cobaan yang menimpa. Mama gadis itu pergi, dan sekarang entah
berada di mana. Gadis itu tidak tau kemana dirinya akan melangkah, dan kemana dirinya di masa yang akan datang.
Beberapa bulan yang lalu, gadis itu berkata kepada papanya, “Pa, biarlah aku ambil peluang kecil ini walaupun banyak rintangan di depan sana yang harus ku hadapai”
2 bulan yang lalu, gadis itu kehilangan Papanya untuk selamanya.
Dan hari ini, gadis itu dapat memiliki album, dan menyanyi di atas panggung yang megah dengan segala kesederhanaanya. Its me, Reynata Putri Adinata.
So, jika kalian berfikir bisa menghadapi segala cobaan, kalian pasti bisa. If you think you can, you can! Dan lewat album ini, saya ingin berkata kepada seluruh dunia bahwa:
I LOVE YOU, MY DAD
untuk mama, jika mama ingin kembali, Rey akan sangat senang! Rey selalu menunggu mama di sini, dan Rey sangat rindu sama Mama.’
Salam Reynata.

By : Carinda Nabila Huda / SMA N 1 Sewon / X - E

if you think you can you can

| |

Reynata Putri, atau yang biasa di sapa Rey adalah gadis manis bermata sipit, berkulit putih, dan tomboy. Rey adalah anak semata wayang dari keluarga yang cukup berada dan terpandang di kotanya. Ibu Rey, Yustina, dan sering dipanggil mama Rey oleh para tetangga dan kerabat dekatnya, adalah ibu rumah tangga, yang berwajah lembut, dan juga cantik dengan kesederhanaannya, sedangkan Ayah Rey, Pak Adinata adalah pengusaha restaurant yang sangat sukses, yang memiliki badan tinggi atletis berkulit bersih dan berkumis tipis dengan wajah yang bijaksana. Rey sangat bahagia memiliki ke dua orang tua seperti Ayah, dan Ibunya. Sejak kecil, Rey sudah pandai bernyanyi. Gadis itu mengikuti les vokal di sekolahnya. Bahkan, beberapa juara menyanyi telah di sabetnya. Tentu saja, orang tua Rey sangat bangga dengan prestasinya.
* * * *

“ Rey, bangun. Nanti kamu telat sekolah lho!” Mama Rey sudah berdiri di samping ranjang. Rey menyipitkan mata, kemudian dengan langkah gontai menuju kamar mandi. Setelah siap, Rey bergegas sarapan. Di meja makan, kedua orang tua Rey sudah menunggu. Mereka bertiga kemudian makan dengan lahap sambil sesekali bercanda.
“ Ayo Rey, kita berangkat!” Papa Rey sudah siap dengan tasnya.
“ Iya Pa”. Jawab Rey sambil berpamitan kepada mamanya.
“ Rey berangkat dulu ya Ma”.
“ Hati – hati ya nak!” kata mama Rey sambil melambaikan tangan. Mobil Mercy berwarna silver metalik melaju perlahan menyusuri jalanan yang sejuk di pagi hari dan belum terkena macet. Untuk menuju SMA Citra Bangsa, biasanya membutuhkan waktu 15 menit. Mobil Rey sudah berhenti di depan pintu gerbang sekolah. Rey mencium tangan Papanya, dan kemudian menutup pintu mobil. Dengan cepat Rey menyusuri koriodor sekolah, dan menuju kelasnya. Di kelas, Indra, sahabat Rey sudah menunggu. . Indra adalah cowok tinggi tegap berkulit putih, jago main basket dan lumayan keren, ayahnya adalah pemilik café, dan restaurant ternama di daerah Bogor. Sudah dari kecil Rey dan Indra bersahabat. Maka setiap kali berjumpa mereka selalu kompak dengan segala kekonyolannya. Seperti hari ini, Indra langsung menarik rambut Rey.
“Rey, besuk gue yang keren bin ganteng ini, akan tanding basket di sekolah. Lu nonton ya? Jangan lupa doain biar menang!” Indra cengar – cengir jahil.
“Huuu……. Dasar cowok narsis, oke gue nonton loe tapi bakso dulu !jawab Rey. Mereka berdua pun berjabat tangan persahabatan ala Rey dan Indra.
* * * *
Ya, begitulah kehidupan Rey. Saat di sekolah Rey biasa bercanda, dan belajar bersama sahabat, dan para guru. Sedangkan ketika di rumah, Rey kenyang dengan kasih sayang dari orangtuanya, dan materi yang berlimpah. Rey sangat bahagia dengan kehidupannya. Tapi, takdir di tangan Tuhan. Dan …. siapa menyangka kehidupan Rey bisa berbalik 180 derajat.
* * * *
Kejadian itu bermula dari …….
Siang itu Rey ada les vokal di sekolah. Maka, Ia pulang ke rumah di sore hari. Tapi di tengah les, hp Rey berderit. 1 pesan diterima dari mamanya:
Rey, papa sakit. Cepat datang ke RS. Bhakti Husada Tama. Mama tunggu!
Setelah membaca pesan dari mama, perasaan Rey tak enak. Rey meminta izin kepada guru vokalnya, kemudian dengan langkah cepat Rey berjalan di jalan Raya dan menaiki taxi menuju rumah sakit. 20 menit kemudian, Rey sudah tiba di rumah sakit. Dengan tergesa – gesa, Rey menyusuri koriodor dan mencari-cari sosok mamanya di antara wajah – wajah pucat orang menahan sakit, dan di antar bau obat yang membuat Rey mual.
“ Reynata!” seseorang memanggilnya dari belakang. Yupz, itu suara mama Rey. Gadis itu menoleh, dan setengah berlari menuju ke tempat mamanya. Di pojok ruang yang sepi.
“Papa sakit apa Ma?”
“Mama juga belum tahu, dokter masih melakukan pemeriksaan di dalam. Semoga tidak terjadi apa – apa” Kata mama Rey sambil terus berdoa. Beberapa saat kemudian, dokter keluar dan memanggil mama Rey untuk berbicara berdua. Dengan tidak sabar Rey menunggu di kursi. Kemudian mamanya memanggilnya.
“Papa sakit apa?” pertanyaan yang sama kembali di ajukan Rey.
“Reynata, papa sakit gagal ginjal dan harus cuci darah minimal 2 minggu sekali. Padahal, sekali cuci darah biayanya mahal” mama Rey terlihat pasrah. Rey dibikin pusing. Biaya pengobatan mahal, padahal mama Rey tidak memiliki pekerjaan, sedangkan Rey masih sekolah. Uang untuk cuci darah sekarang ini masih terbilang cukup. Tapi, jika Ayahnya masih sakit, dan tidak bisa masuk kerja sedangkan uangnya terus di gunakan untuk cuci darah, bagaimana cukup? Oh Tuhan, inikah cobaanMu?
* * * *
Mimpi buruk itu sekarang menjadi kenyataan. Sudah 6 bulan ini, papa Rey mendrita sakit. Dan uang yang dulu melimpah sedikit demi sedikit kini mulai menipis. Mobil dan perhiasan juga sudah di jual. Untuk menyambung hidup, Mama Rey bekerja serabutan. Mama Rey bekerja di pagi hari dan biasa pulang jam 6 sore. Sebenarnya Rey sangat kasihan melihat mamanya, tapi Rey bingung harus bekerja apa.
Tok, tok, tok! Rey mengetuk pintu kamar papanya. Rey masuk dengan semangkuk bubur di mangkuknya. Rey duduk di samping ranjang papanya. Papa Rey tampak kurus, dan terlihat lebih tua daripada biasanya.
“Gimana Pa, udah baikan?”
“Udah Rey” jawab papa Rey pelan. Rey tidak tega melihat papanya. Dalam hati, Rey tidak tega melihat keadaan papanya, dan Rey berniat melai mencari pekerjaan. Besok dia akan mulai mencari pekerjaan.
“ Rey, maafin papa ya, gara - gara Papa, kamu dan Mama jadi menderita” perkataan Papa Rey membuyarkan lamunan Rey.
“Papa nggak usah minta maaf, ini sudah takdir tuhan” Rey memeluk papanya, dan kemudian keluar kamar. Ternyata, Mama Rey sudah pulang.
“Ma, sudah pulang? Pasti capek ya?”
“Iya Rey, mama mau istirahat dulu ya?” kata mama Rey sambil berlalu.
“Mama, besuk Rey akan cari kerja biar mama nggak kecapekan” Rey berkata di dalam hatinya
* * * *
Pagi ini, saat Rey akan berangkat sekolah, Rey melihat secarik kertas di meja belajarnya. Dengan ragu Rey membaca isinya
‘ Rey, maafkan mama. Mama harus pergi. Mama sudah tidak kuat lagi’
Rey kaget setengah mati. Dengan panik, Rey berlari ke kamar orangtuanya. Papa Rey masih terbaring. Rey membuka lemari pakaian mamanya, tapi tak ada satu potong pakaian pun di lemari tersebut. Rey menangis sesenggukan
“Mengapa mama pergi? Mengapa mama ninggalin Rey sama papa?” Rey berkata dalam hati.
“Kamu menangis? Kenapa Rey?” tanya Papa Rey sambil mengusao air mata di pipi Rey. Rey hanya menggeleng, dan sejurus kemudian papa Rey melihat secarik kertas yang berada di genggaman Rey dan kemudian membacanya. Tak ada satu patah katapun yang keluar dari mulut papa Rey setelah membaca pesan tersebut, beliau hanya menerawang ke atas.
“Pa, Reynata akan gantiin posisi mama. Rey akan cari kerja, dan Rey kan beli obat buat papa” Rey berkata dengan optimis.
“Terimakasih Nak!” papa Rey mengelus lembut rambut putrinya. Kemudian Rey keluar kamar, dan bersiap – siap untuk bersekolah dengan naik angktan umum. Ketika di sekolah, Rey bingung harus kerja apa, bingung sekali.
“Lu kenapa Rey? Sakit? Kok kayak ayam garing gitu?” Tanya Indra saat istirahat.
“ Gak papa kok In”
“Lu gak usah bohong, lagi ada masalah ya? Cerita aja ke gue, siapa tau gue bisa bantu loe”. Jawab Indra meyakinkan.
Perlahan – lahan Rey mengungkapkan segala masalah yabg sedang di hadapinya. Masaalaah yang paling besar menimpa kehidupannya. Seyelah Rey selesai berkeluh kesah, suasana menjadi hening. Indra sedang serius berfikir untuk membantu sobatnya tersebut. Beberapa saat mereka sibuk dengan pikiran masing – masing.
“Rey, gue punya ide!!” Indra menepuk bahu Rey, dan membuat cewek tomboy itu kaget setengah mati.
“ngagetin aja deh, ide apaan?” tanya Rey penasaran.
“ Lu kerja di cafenya bokap gue aja! Gimana?”
“ Wah, ide bagus tuh. Tumben otak lu waras. Biasanya miring!” Canda Rey. Indra hanya manyun, tapi bahagia melihat senyum Rey yang dari tadi hilang.
* * * *
Setelah di bicarakan dengan Bokapnya Indra, Rey mulai bekerja. Gadis itu bekerja sebagai kasir. Tentu saja Rey sangat senang. Selesai dari café Indra, Rey pulang ke rumah, dan masuk ke kamar papanya.
“Pa, sekarang nggak usah khawatir. Rey udah dapat kerja di café ayahnya Indra!” kata Rey dengan semangat.
“Seharusnya kamu nggak usah maksain buat kerja Rey, papa nggak beli obat, dan nggak cuci darah juga nggak papa”
“Nggak, pokoknya pengobatan papa yang paling utama” jawab Rey.
“Ya, Kalau itu memang keinginan kamu. Papa sangat bahagia memiliki anak seperti kamu”. Papa Rey menatap putrinya penuh kasih sayang.
Begitulah kehidupan Rey setiap hari. Selalu penuh haru, dan cinta dari papanya. Walaupun sudah tidak ada mama, Rey masih bersyukur memiliki papa. Dan Rey tidak ingin kehilangan orang yang di sayanginya untuk kedua kali.
Setiap hari dari Jam 3 sore sampai jam 8 malam, Rey berada di café papanya Indra. Rey beruntung memiliki sahabat sebaik Indra.
* * * *
Pagi ini, di mading sekolah banyak siswa berkerumun. Rey penasaran dan ingin melihatnya. Baru maju satu langkah Indra sudah menarik lengan Rey dengan nafas terengah – engah.
“ Lu kenapa In?” tanya Rey bingung.
“ Dari tadi gue nyariin Lu. Di mading sekolah ada informasi kontes menyanyi. Kalau lolos dan karantina, Bapak kepala sekolah sudah ngizinin kok. Formulirnya banyak di majalah – majalah. Lu ikut aja Rey!” kata Indra bersemangat.
Rey mengangguk dengan mantap. Dan Rey berharapa bisa lolos karena nanti jika Rey lolos, Rey bisa membantu ekonomi keluarganya. Walaupun sudah bekerja di cafeny Indra, tapi tetap saja biaya untuk hidup sehari – hari, sekolah, dan berobat papanya masih kurang. Rey tidak mau terus – terusan merepotkan Indra. Sahabatnya itu sudah banyak membantunya.
Sepulang sekolah, Rey mengetuk pintu kamar papanya dan kemudian masuk.
“Sudah pulang Rey? Ada apa?” tanya papa Rey.
“ Pa, Rey ingin mengikuti audisi menyanyi. Papa mengijinkan Rey?” Kata Rey singkat.
“Kamu yakin?” papa Rey agak ragu.
“ Biarlah Rey mengambil peluang kecil ini, walaupun banyak rintangan di depan sana yang harus Rey hadapi.”
Akhirnya papa Rey mengangguk. Beliau mendukung keputusan putrinya tersebut. Rey tersenyum dan kemudian beranjak pergi ke kamarnya. Audisi itu akan di gelar I bulan lagi. Rey harus mempersipkan semuanya sendiri. Karena rey sudah tidak mengikuti les vokal.
‘Tuhan, Rey melakukan ini untuk papa, maka loloskanlah Rey. Amin’ Rey berdoa dalam hati.
* * * *
Hari ini audisi itu di gelar. Tepat pada hari minggu. Selama seleksi, ayah Rey di titipkan kepada tante Sonya, adik Papa Rey. Rey sudah menunggu gilirannya cukup lama. Dan akhirnya giliran Rey tiba. Dengan gugup Rey masuk ruangan. Setelah selesai menyanyikan beberapa bait lagu, Rey keluar. Tiba – tiba hpnya berdering. Indra menelpon.
“ Gimana Rey? Lu lolos nggak?”
“ Gue juga belum tau. 80% gue yakin bisa lolos, dan sisianya gue serahin ke Tuhan” jawab Rey mantap.
“ O gitu, ya udah gue doain” Jawab Indra. Setelah menerima telpon, Rey menunggu hasilnya. Beberapa jam kemudian, dinyatakan bahwa “Reynata lolos, masuk ke 24 besar” betapa bahagianya hati Rey, dengan hati berbunga – bunga, Rey pulang ke rumah. Dan memberitahukan kepada Papanya bahwa dirinya lolos. Dan masih ada satu lagi babak seleksi, untuk 12 besar. Rey juga mengirim pesan singkat ke ponsel Indra. Seleksi kedua di laksanakan 1 minggu lagi. Rey terus berdoa semoga dirinya bisa lolos.
* * * *
Dan hari ini, audisi itu dilaksanakan. Rey pergi ke kamar Papanya untuk berpamitan
“ Pa, Rey berangkat dulu ya? Doain Rey biar lolos!” pamit Rey
“ Pasti Papa doain, Nak!” jawab papa Rey. Kemudian Rey berangkat. Seleksi itu berjalan seperti sebelumnya. Bedanya, kali ini Rey lebih gugup. Setelah menyanyi, Rey kembali menunggu hasil dengan terus berdoa.
“ Reynata, anda lolos!” pernyataan yang singkat, namun membuat Rey sangat bahagia. Dengan tidak sabar Rey kembali ke Rumah. Tapi, saat Rey memasuki kamar papanya, Rey tidak menemukan beliau. Rey panik dan kemudian mencari di deluruh sudut rumahnya. Akhirnya ada tetangga Rey yang mengatakan bahwa tadi papa Rey pingsan dan di bawa ke rumah sakit Bhakti Husada Tama. Rey langsung menuju Rumah sakit. Ayahnya sedang terbaring lemah di ruangan putih. Dan menurut dokter penyakit Ayah Rey tambah parah karena tidak rutin melakukan cuci darah.. Rey tertunduk lesu. Untuk bebetapa hari ini, Ayah Rey harus di opname. Dan lagi – lagi Indra membantu administrasi pembayaran.Sementara ini, Rey tidak berangkat sekolah untuk menunggui Ayahnya. Setiap malam Rey selalu berdoa, agar ayahnya di beri kesembuhan.
Tapi takdir berkata lain, pagi ini Rey terbangun oleh dinginnya kota bandung. Ketika Rey melihat Ayahnya tidak terbangun Rey segera memanggil dokter. Dan dengan berat hati dokter mengatakan bahwa nyawa Ayah Rey tidak bisa di selamatkan. Rey menangis sejadi – jadinya.
“Papa………., kenapa papa ninggalin Rey? Padahal Rey udah lolos masuik 12 besar. Dulu papa janji akan selalu nemenin Rey! Papa….!!” Indra yang sudah berada di rumah sakit berusaha menenangkan Rey.
Hari itu juga, Ayah Rey di makamkan. Duka Rey makin dalam saat dia sedang membutuhkan seorang mama tapi mamanya tak ada di sampingnya.
“ Mama kemana? Kenapa mama nggak ada di samping Rey saat Rey lagi butuh mama?’ tanya Rey dalam hati. Rey menghembuskan nafas kuat – kuat dan beusaha untuk tabah. ‘
* * * *
Disinilah sekarang Reynata berdiri. Di atas panggung yang mewah dan diiringi tepukan meriah penonton. Setelah melewati perjuangan sekian lama, akhirnya Rey masuk di final. Dan malam ini adalah saat pengumuman pemenang. Dengan hati berdebar Rey berdiri di tengah panggung. Rey terus memberikan senyum termanisnya.
“ Reynata Putri, selamat anda menjadi pemenangnya!” Air mata Rey tak terbendung karena sangat bahagia. Piala pun sudah ada di genggaman Rey. Sebagai hadiahnya, Rey akan rekaman.
Saat rekaman, Rey menyanyikan lagu terbaik bagimu milik ada band. Dengan sepenuh hati, Rey menyanyikan lagu itu untuk almarhum ayahnya.
‘Tuhan tolonglah…
sampaikan sejuta sayangku untuknya,
Ku trus berjanji,
Takkan khianati pintanya
Ayah dengarlah….
Betapa sesungguhnya ku mencintaimu,
Kan ku buktikan ku mampu
Penuhi maumu
Setelah di luncurkan, ternyata album Rey cukup laris. Tapi, satu sudut di hati Rey sedih, mengapa di saat dia sukses orangtuanya tak ada di sampingnya? Di cover album, Rey menuliskan:
‘Beberapa tahun yang lalu, ada seorang gadis kecil yang hidup berdua bersama Papanya di tengah cobaan yang menimpa. Mama gadis itu pergi, dan sekarang entah
berada di mana. Gadis itu tidak tau kemana dirinya akan melangkah, dan kemana dirinya di masa yang akan datang.
Beberapa bulan yang lalu, gadis itu berkata kepada papanya, “Pa, biarlah aku ambil peluang kecil ini walaupun banyak rintangan di depan sana yang harus ku hadapai”
2 bulan yang lalu, gadis itu kehilangan Papanya untuk selamanya.
Dan hari ini, gadis itu dapat memiliki album, dan menyanyi di atas panggung yang megah dengan segala kesederhanaanya. Its me, Reynata Putri Adinata.
So, jika kalian berfikir bisa menghadapi segala cobaan, kalian pasti bisa. If you think you can, you can! Dan lewat album ini, saya ingin berkata kepada seluruh dunia bahwa:
I LOVE YOU, MY DAD
untuk mama, jika mama ingin kembali, Rey akan sangat senang! Rey selalu menunggu mama di sini, dan Rey sangat rindu sama Mama.’
Salam Reynata.

By : Carinda Nabila Huda / SMA N 1 Sewon / X - E

Powered by Blogger.